Mendorong Inovasi Cerdas Melalui Kolaborasi: Final Smart City Startup Competition 2025
Bandung, dkst.itb.ac.id – Pada Jumat (16/5) di lantai 9 ITB Innovation Park di kawasan Summarecon Bandung menjadi tempat berkumpulnya berbagai ide besar yang lahir dari tangan-tangan muda berbakat. Hari itu menjadi puncak dari rangkaian panjang Smart City Solutions Startup Competition 2025, sebuah inisiatif bersama yang dilaksanakan oleh Smart City & Community Innovation Center (SCCIC) ITB, bekerja sama dengan Islamic World Educational, Scientific and Cultural Organization (ICESCO) serta didukung penuh oleh Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB.
Kompetisi ini bukan sekadar ajang mencari pemenang. Ini merupakan ruang tumbuh bagi para inovator untuk belajar, berbagi, dan membangun jaringan. Dimulai sejak akhir tahun lalu, kompetisi ini berhasil menjaring 48 startup dari berbagai kategori. Setelah melalui proses seleksi ketat, bootcamp, dan mentoring, 15 tim terbaik tampil dalam sesi final pitching.
Rangkaian final diselenggarakan secara hybrid, dengan diihadiri lebih dari 100 peserta. Selain sesi pitching, acara juga diisi dengan workshop tematik, sesi diskusi, dan pertemuan informal yang memungkinkan kolaborasi baru tercipta bahkan di luar panggung utama.
Kolaborasi untuk Kota Masa Depan
Pagi hari dimulai dengan sambutan dari Dr. Fadhil Hidayat, S.Kom., M.T. (SCCIC), yang menyampaikan bagaimana kolaborasi lintas sektor; akademisi, pemerintah, industri, dan komunitas, adalah kunci utama untuk membangun ekosistem kota cerdas yang adaptif.
Dr. Tutun Juhana, S.T., M.T., sebagai Dekan STEI ITB, menegaskan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membuka ruang eksperimen bagi para inovator muda. Sambutan juga disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Sharif dari ICESCO, yang membuka acara secara resmi dengan ajakan untuk memperkuat jejaring inovasi dunia Islam melalui solusi teknologi yang aplikatif.
Sebagai unit yang berfokus pada pengembangan kawasan inovasi dan teknologi, DKST memfasilitasi ekosistem fisik dan kelembagaan yang memungkinkan para startup berkembang lebih jauh. Kolaborasi ini menghadirkan ruang nyata untuk mempercepat implementasi ide, dari inkubasi ke tahap komersialisasi.
Dalam sesi pitching yang berlangsung sejak pukul 10, para finalis menunjukkan bagaimana ide-ide mereka bukan hanya menarik di atas kertas, tapi juga bisa diterapkan di lapangan.
Beberapa tim menonjol karena ketajaman analisis masalah dan cara mereka menjawabnya dengan pendekatan yang praktis namun berdampak besar.
Curaweda, misalnya, memukau juri dengan platform digital berbasis AI yang mengangkat cerita budaya dan sejarah lokal melalui teknologi. Pendekatan mereka bukan hanya soal pelestarian warisan budaya, tetapi juga membuka jalur ekonomi baru melalui sektor pariwisata. Atas pencapaian tersebut, Curaweda dinobatkan sebagai Juara Pertama, dan menerima penghargaan sebesar Rp30 juta.
Encoteki hadir dengan ide kreatif yang memadukan NFT dan misi lingkungan. Mereka menciptakan sistem token yang dikaitkan dengan perlindungan satwa langka Indonesia. Solusi ini menempatkan konservasi dalam konteks digital, dan berhasil membawa mereka menjadi Juara Kedua dengan hadiah sebesar Rp20 juta.
Sementara itu, Nyampih Indonesia menawarkan solusi konkret untuk pengelolaan sampah berbasis platform digital yang menghubungkan rumah tangga, pelaku daur ulang, dan pemulung. Mereka dinobatkan sebagai Juara Ketiga dan menerima penghargaan senilai Rp10 juta.
Proses penjurian dilakukan oleh lima juri dari berbagai latar belakang akademisi, praktisi industri, dan organisasi internasional yang menilai berdasarkan aspek inovasi, dampak, keberlanjutan, serta strategi go-to-market.
Selain sesi pitching, yang tak kalah penting dalam kegiatan ini adalah penyelenggaraan workshop tematik yang berjalan paralel. Tema-tema seperti AI for Healthcare, Smart Sensing as a Service, dan Smart City Infrastructure dibahas secara interaktif oleh para ahli dari industri dan akademisi.
Workshop ini tidak hanya memberikan wawasan teknis, tetapi juga ruang bagi peserta untuk bertanya, berdiskusi, bahkan menjajaki potensi kolaborasi lebih lanjut. Banyak peserta mengungkapkan bahwa sesi-sesi ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana inovasi dapat diimplementasikan dalam konteks yang nyata dan relevan.
Menjelang sore, acara ditutup dengan sesi penghargaan. Namun, semangat yang dibawa pulang oleh para peserta bukan sebatas hanya trofi atau hadiah. Lebih besar lagi, mereka membawa jaringan baru, pemahaman baru, dan dorongan untuk melanjutkan langkah mereka dalam dunia inovasi.
Bagi DKST ITB, kompetisi ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk membangun ekosistem inovasi nasional yang terhubung dengan dunia internasional. Melalui dukungan ICESCO, beberapa pemenang juga mendapatkan kesempatan untuk tampil di ajang internasional di Pakistan, mewakili Indonesia di panggung startup dunia Islam.
No Comments