DKST ITB Gelar Briefing Session Program NEXUS Bersama Japan Science and Technology Agency
Bandung, dkst.itb.ac.id – Direktorat Kawasan Sains dan Teknologi (DKST) ITB bekerja sama dengan Japan Science and Technology Agency (JST) menggelar Briefing Session Program NEXUS pada 20 Desember 2024 di Ruang Rapim A, Kantor Rektorat ITB. Acara ini bertujuan memperkenalkan Program NEXUS (Networked Exchange, United Strength for Stronger Partnerships between Japan and ASEAN) serta berbagai inisiatif JST yang mendukung kolaborasi riset internasional dan pengembangan kapasitas global.
Sesi ini menghadirkan Direktur JST Singapura, Ms. Kaneko Emi, yang memberikan pemaparan utama mengenai Program NEXUS. Beliau menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk memperkuat kolaborasi ilmiah, teknologi, dan inovasi antara Jepang dan negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Dalam pemaparannya, Ms. Kaneko juga menyoroti peluang yang diberikan JST untuk mendukung riset lintas disiplin dan pertukaran keahlian, dengan harapan mempercepat kontribusi inovasi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Selain Program NEXUS, sesi ini juga diisi oleh Deputi Manajer Sakura Science Program (SSP), Mr. Takahashi Naohiro, yang menjelaskan detail program SSP. Program ini dirancang untuk mendukung pertukaran talenta muda, termasuk Young Talents Exchange Course (Y-tec), dengan fokus pada pengembangan kapasitas individu melalui pengalaman riset internasional di Jepang.
Dalam pertemuan terpisah, Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, menyampaikan pentingnya kolaborasi internasional untuk meningkatkan daya saing penelitian ITB. “Saat ini kerja sama dengan universitas di Jepang memang belum menjadi favorit jika dibandingkan dengan universitas di Eropa atau Amerika. Semoga melalui inisiatif JST, kolaborasi ini tidak hanya berkembang di kalangan dosen dan peneliti, tetapi juga bisa melibatkan mahasiswa,” ungkapnya.
Kolaborasi Multinasional untuk Tantangan Global
Yang membedakan Program NEXUS dari inisiatif lainnya adalah dorongan untuk kolaborasi multinasional melalui syarat keterlibatan minimal tiga negara ASEAN dalam proyek yang diusulkan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan solusi yang tidak hanya relevan bagi wilayah ASEAN, tetapi juga berdampak secara global. Dengan pendekatan lintas disiplin, program ini membuka jalan bagi terobosan inovasi yang dapat menghadapi tantangan dunia seperti perubahan iklim, kesehatan global, dan keberlanjutan energi.
Diskusi dalam sesi ini tidak hanya bersifat satu arah. Peserta yang terdiri dari peneliti, staf akademik, dan mahasiswa ITB juga memberikan masukan praktis mengenai tantangan kolaborasi internasional di Indonesia. Direktur DKST ITB, Ir. R. Sugeng Joko Sarwono, M.T., Ph.D., berharap inisiatif seperti ini dapat semakin memperkuat hubungan ITB dengan mitra global dan memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan sains, teknologi, dan inovasi.
No Comments